Cinta yang Sirna (Part 1)

Cerita Pendek Remaja,Cerita Pendek SMA,Cerita Pendek Indonesia,CERPEN

Jam berdering dengan lantangnya , seakaan ingin membangunkan seisi rumah untuk bangun untuk mempersiapkan hari yang tak terlupakan. Ya jam rumah kami di setel untuk berdering tepat pada pukul 4.30 .

Dan semua penghuni rumah seakan mematuhi perintah nya dan bangun kemudian. Ya,itu lah kebiasaan kami dipagi hari. Lalu aku mempersiapkan segala sesuatu yang kubutuhkan untuk ke sekolah.

Aku berangkat pukul 6.15 dan seperti biasa hanya tukang bon yang senantiasa menyapa ku dengan ramah. Sesampai nya dikelas seperti biasa aku mengerjakan tugas yang belum selesai,karena dirumah semalam aku sangat letih akibat ekstrakulikuler pada sore hari.

Bel sekolah berbunyi !

Kriiingggggggg!! Kriiinggggggg !!

dan setelah nya wali kelas kami masuk ,temanku yang agak caper langsung menyambar

“Bu kan ga ada mata pelajaran IPA”, karena kebetulan wali kelas ku mengampu IPA.

“Jadi begini anak anak,Ibu akan memperkenalkan teman baru kalian”

Belum selesai berbicara,sudah ku sela

“Ah paling juga cowok” kataku sambil sok tau kepada teman sebangku.

Karena biasanya jarang murid cewek yang pindah ke sekolah lain,hanya murid cowo yang lebay yang pindah ke sekolah lain.

“Ayo jesica masuk kenalkan diri mu” kata bu guru .

Aku kaget bukan kepalang karena murid baru tersebut adalah seorang cewek yang memiliki paras menawan .

“Perkenalkan,nama saya Jesica. Saya berasal dari SMA Ibu Sud Jakarta,saya pindah ke Semarang karena orang tua saya yang berprofesi sebagai militer dipindah tugaskan ke daerah Semarang” terangnya dengan nada yang gugup.

Lalu bu Indah,wali kelas kami. Mempersilakan Jesica duduk disamping Anisya yang duduknya kebetulan di depanku. Dari belakang,aroma tubuh Jesica sangatlah wangi bak bidadari yang mungkin sayap nya hilang dan menjadi manusia.

Pelajaran pertama adalah bahasa Jawa dan Jesica sama sekali tidak mengerti,lalu dia bertanya kepada Anisya tentang materi yang Anisya kebetulan juga tidak mengerti. Lalu Anisya menyuruh Jesica untuk bertanya padaku

“Tanya sama Evan tuh belakang mu,dia pinter kalo Bahasa Jawa”

Ya aku akui dalam pelajaran Bahasa Jawa aku jarang menemui kesulitan karena aku dididik oleh orang tua menggunakan Bahasa Jawa .

“Van maksudnya geguritan itu apa sih?” tanya nya singkat

“Geguritan itu puisi jes,di SMA mu yang dulu juga diajarkan bikin puisi kan? Nah bedanya disini pake bahasa Jawa. Nanti kalo kamu ga tau bisa tanya lagi” jawabku sambil modus sedikit.

Bermula dari situ,setiap pelajaran Bahasa Jawa ia selalu bertanya kepadaku. Entah ngomong langsung atau via LINE. Ternyata Jesica adalah seorang pribadi yang sangat ramah dan kocak,aku sering dibuatnya tertawa dikelas maupun di LINE karena tingkahnya .

Berjalan satu semester,Jesica sudah mulai paham dengan Bahasa Jawa. Hal ini membuat nya jarang bertanya kepadaku karena dasarnya dia sangat cerdas. Lalu kusiasati untuk kembali dekat dengannya , aku gantian bertanya tentang Matematika yang sangat kubenci.

Dia memberi ku penjelasan yang lebih simple dan mudah dipahami ketimbang guru matematika ku. Lalu ku ubah lagi strategi ku,kini aku mulai untuk “nggombalin” dia tetapi masih secara tertutup di LINE.

Hari hari berlalu dan Jesica semakin dekat denganku . Kini kami sering main bareng, dia sering minta tolong kepada ku dan aku menyanggupi nya begitu saja.

Kali ini aku mengajak main untuk yang kesekian kali nya ketempat yang sangat indah, ketempat peraduan ku dikala gundah. Tempat yang sepi,sejuk,romantis dan terdapat banyak bunga disana.

“Van tempat nya bagus banget aku suka” katanya

“Ini tempat dimana saat aku ingin sendiri. Damai dan sejuk,sangat menenangkan hati”

Sebenarnya aku ingin mengungkapkan perasaan ku tapi kunilai terlalu dini,jadi ku kalahkan ego ku dulu. Aku meyakini bahwa akan datang saatnya dimana aku dapat mengungkapkan semua nya.

Hari ini hari Minggu,seminggu persis setelah aku mengajaknya jalan-jalan ke Bukit Jangli namanya. Aku berusaha bangun pagi dan mencari smartphone ku di atas kulkas.

Namun aku tak menemukannya,setelah aku mencari ke seluruh sudut rumah aku baru menyadari bahwa tadi malam rumahku kemalingan dan naas nya hanya smartphone ku yang diambil.

Butuh waktu 2 bulan untuk ku mendapatkan yang baru. Pada 2 bulan ini lah aku mengalami penurunan prestasi yang luar biasa karena aku selalu kepikiran tentang Jesica.

BERSAMBUNG . . . . .