Kini aku sudah
dapat kembali beraktifitas dengan normal. Sekarang aku bisa melihat, bisa
membedakan warna dan tahu pasti apa yang aku pegang daan dimana aku berdiri.
Aku sangat senang bahwa operasi mataku berjalan sangat lancar tanpa ada
hambatan.
Sudah hampir 6
minggu aku menghabiskan waktu untuk liburan dan mencari info job yang mungkin
bisa aku dapatkan nanti setelah lulus kuliah. Sudah 6 minggu juga aku
kehilangan kabar tentang Anna, aku sering menelpon nya dan mengirim email
padanya. Namun tidak ada juga balasan dari Anna. Apakah mungkin dia terlalu
sibuk ? atau dia menutup semua akses komunikasi? Mengingat dia harus
menyelesaikan terapi nya di Jerman. Aku yakin dia sangat kewalahan.
*Kring-kring*
Suara telepon
kembali menyadarkan lamunanku. Dengan segera aku berjalan menuju meja telepon,
dan mengangkat gagang nya. Bibirku sedikit bergetar, ini kali pertama nya aku
mengangkat telepon dengan penglihatan yang sangat jelas.
“Hallo, Mario nya
ada?”
“Ya saya sendiri.
Dengan siapa saya berbicara?”
“Mario, ini
Anna.” Lidahku tercekat, ingin rasanya aku berteriak.
“Anna, bagaimana kabarmu
sekarang? Bagaimana dengan terapi mu? Pasti berhasil kan? Anna, operasi mataku
sukses! Sekarang aku bisa melihat lagi. Aku sungguh merindukanmu, aku ingin
melihatmu secepat mungkin ,Anna.” Jelasku panjang lebar.
“Hehe, kabarku
sangat baik Mario. Terapi ku berjalan dengan sangat lancar, sekarang aku bisa
berjalan lagi seperti biasanya.” Ku dengar suara ramai di balik telepon Anna,
apa mungkin dia sedang berjalan-jalan dengan teman nya?
Oh everyday. You feel a
little bit further away. And I don't know what to say.
“Anna, ramai sekali disana. Kamu lagi main
sama temen-temen ya?”
“Iya nih, rame
banget ya. Maaf gangguin kamu, oh ya aku udah balik ke Queensland.” Aku
merasakan sedikit perubahan dari dalam diri Anna, entah apa itu.
“Baguslah kalau
begitu. Aku juga akan mengambil pennerbanganku siang ini. Kalau begitu
bagaimana kalau kita bertemu nanti? Di Mall atau di taman biasa kita hangout
mungkin? Atau kamu mau di restoran? Sekalian kita dinner lagi. Aku kangen sama
kamu, Anna.”
“Ehm, Mario
sebaiknya kita gak usah ketemuan lagi deh.” What the hell? Apa maksudnya
sekarang?
“Maksudmu? Kamu
pengen kita ketemuan dimana?” ucapku mengalihkan topik.
“Bukan Mario,
bukan itu maksudku. Kita harus putus, aku gak bisa lanjutin hubungan sama kamu
lagi.”
“Kenapa Anna
kenapa? Kamu capek kita LDR an hampir setengah tahun? Kalau kamu capek bilang
dong sama aku. Gak gini caranya kalo kamu bosen terus mutusin aku gitu aja.”
“Aku gak bisa.
Ibuku gamau kita lanjutin hubungan kita. Ibuku ga suka, apalagi habis kejadian
kita kecelakaan itu Mario. Aku juga gak mau ngecewain ibuku.” Sahutnya tanpa
berpikir bagaimana reaksiku mendengar perkataannya.
Are we wasting time. Talking
on a broken line. Telling you I haven't seen your face in ages. I feel like
we're as close as strangers.
“So, are we
wasting time talking on the broken line?” aku tersenyum pahit mendengar itu
semua. Anna masih diam tidak menjawab pertanyaanku.
Bahkan aku merasa
dari ucapannya kita seperti “close as strangers” hanya dekat sebatas orang yang
tidak mengenal satu sama lain, selain hanya berkata hai, hallo, apa kabar.
Late night calls and another
text. Is this as good as we're gonna get? Another timezone taking me away from
you. Livin dreams and fluorescent lights. While you and I are running out of
time
“Kamu pikir sms,
email, telepon larut malam, perbedaan waktudi saat kita semua sibuk gak bikin
aku capek? Aku capek Mario! Aku capek sama kita yang gak pernah bisa ngertiin
satu sama lain kayak gini. Kamu siang, aku malam. Kita kehabisan waktu, aku
udah capek, Mario.”
“...” aku hanya
bisa diam. Aku tidak mau berkata sepatah kata apapun dulu. Aku masih belum siap
untuk kehilangan Anna.
On the phone, I can tell
that you wanna move on. Through the tears. I can hear that I shouldn't have
gone. Every day, gets harder to stay away from you.
“Mario, aku udah ada penggantimu. Aku harus
move on, aku gabisa terpaku terus sama kamu.” Aku bisa mendengar volume
suaranya bertambah kecil seiring isakan tangisannya yang mulai keluar dari
bibirnya. Jujur aku tidak bisa jauh darinya, aku sangat sayang dengan semua
apapun yang ada dalam dirinya.
I won't give up. Even though
it hurts so much. Every night, I'm losing you in a thousand faces. Now it feels
we're as close as strangers.
“Aku gak peduli sekarang kamu siapa. Aku gak
mau nyerah gitu aja untuk hubungan kita. Aku tahu kamu capek, sakit, gak bisa
nanggung ini semua. Aku tau aku gak sempurna, aku pernah buta dan aku gak tau
apa yang aku pegang, aku gatau dimana aku berdiri, aku gatau apa yang aku
lihat. Tapi semua itu udah berakhir. Aku bakalan usaha buat perjuangin kita
lagi meskipun sekarang kita cuman close as strangers.” Aku menutup telepon
dengan kasar, aku segera mengusap air mataku.
TAMAT.
Cerpen Kolaborasi antara evanhavidz dan Tunjung Purbosari
keren gan cerpennya..buatan ente sendiri bukan?
ReplyDeleteiya gan,kolaborasi sama temen ane
Deleteceritanya sedih gan, trus iklan agan nutupin sebagian crita dan tombol publish commnet.. btw nice story
ReplyDeletewah cerpen buatan sendiri bagus kayak gini ngapa ga coba ikutan lomba cerpen
ReplyDeletecoba buat novel bro
ReplyDeleteBagus banget ceritanya dah baca semua sip, ditunggu cerpen selanjutnya
ReplyDeleteno komen dah gan... jooss pokoknya
ReplyDeleteKeren cerpennya,dittungu yang baru ya
ReplyDeleteMenguras air mata banget ceritanya gan.... huhuhu...
ReplyDeleteCeritannya sangat bagus gan, makasih
ReplyDeletebagus cerpennya mas..... ditunggu post berikutnya....
ReplyDeletewah, sedih banget mas :'(
ReplyDeleteterharu saya. tunggu next postnya ya mas
endingnya ngeselin hahha.. bikin penasaran..
ReplyDeletemampir juga ya gan http:papameses.blogspot.co.id
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.